SMP Nengeri 2 Bantarujeg selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada pemerintah dan masyarakat dalam rangka ikut berpartisipasi dan mendukung akselarasi mencerdaskan kehidupan bangsa. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi SMP Negeri 2 Bantarujeg dalam rangka peningkatan tingkat pendidikan secara keseluruhan.
Dalyono (2008), rendahnya minat orang tua terhadap pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor pribadi (tingkat kesadaran), faktor ekonomi, faktor sosial budaya (social cultur), dan faktor letak geografis sekolah.
SMP Negeri 2 Bantarujeg pada Tahun Ajaran 2010/2011 ini memiliki banyak kendala yang secara umum dapat mempengaruhi tingkat penerimaan siswa baru (PSB). Faktor yang paling banyak mempengaruhi kepada PSB tahun ini adalah faktor letak geografis sekolah.
Secara geografis letak SMP Negeri 2 Bantarujeg yang berada 700 meteran dari jalan kecamatan yang menghubungan antara Kecamatan Talaga dan Kecamatan Bantarujeg, memang berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Namun, prosentasi yang menempati posisi pertama adalah diakibatkan oleh kondisi jalan yang rusak . Hal ini semakin diperparah dengan banyak bermunculannya sekolah-sekolah baru di wilayah sekolah-sekolah pendukung. Sampai saat ini saja sudah berdiri 2 sekolah baru, yaitu MTs Cibitung dan MTs Cimanggu. Padahal daerah ini pada awalnya adalah daerah potensi pendukung SMP Negeri 2 Bantarujeg yang terbesar.
Dengan melihat kondisi jalan untuk akses ke SMP Negeri 2 Bantarujeg yang rusak parah, maka minat orang tua siswa untuk melanjutkan anaknya ke sekolah ke SMP Negeri 2 Bantarujeg semakin rendah saja. Maka sejak tahun ajaran 2009/2010, siswa yang daftar ke SMP Negeri 2 Bantarujeg semakin berkurang. Dan apabila hal ini terus terjadi (jalan tetap rusak parah) maka beberapa tahun ke depan SMP Negeri 2 Bantarujeg akan sangat kesulitan dalam menerima calon peserta didik.
Rendahnya minat orang tua untuk mendaftarkan anaknya ke SMP Negeri 2 Bantarujeg dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut penelitian Firdaus (2005) menyebutkan bahwa rendahnya minat orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke Sekolah Menengah Pertama disebabkan: Pertama, faktor sosial budaya sebesar 87,3%. Kedua, faktor kurangnya biaya pendidikan (ekonomi tidak mampu) diperoleh sebesar 86,0%. Ketiga, faktor kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan (faktor orang tua) diperoleh sebesar 59,1%. Keempat, letak geografis sekolah sebesar 50,8%.
Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat kecewa dengan kualitas pendidikan. Masyarakat ‘yang berpikiran sempit’ memandang bahwa pendidikan formal tidak begitu penting. Asumsi ini lahir karena masyarakat beranggapan bahwa menyekolahkan anaknya di pendidikan formal hanya menambah jumlah pengangguran. Hal ini disebabkan oleh keluaran para lulusan sekolah lanjutan belum mampu memenuhi dunia kerja. Akibatnya, selalu terjadi penumpukan tenaga kerja setiap tahunnya (Tirtarahardja dan La Sula, 2000).
Data tersebut di atas juga menunjukan tentang tingkat kekecewaannya masyarakat terhadap kondisi jalan yang sangat parah. Sehingga minat mereka menyekolahkan ke SMPN 2 Bantarujeg menjadi rendah. Rendahnya minat untuk melanjutkan ke SMP sungguh sangat memperihatinkan semua pihak. Imbasnya, hal itu banyak terjadi di desa-desa atau di pelosok daerah yang tergolong terpencil. Ini terjadi karena masih banyak masyarakat yang kurang menyadari akan penting pendidikan. Meskipun pemerintah telah memberikan sosialisasi tentang pendidikan, tetapi masih ada sebagian anak terpaksa tidak bisa melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Kondisi ini terjadi karena masih banyak masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan.
Gunawan (2000) mengatakan bahwa, “Sekolah sebagai lembaga pendidikan sangat berperan dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat yang bermakna bagi masyarakatnya.”
Melalui pendidikan formal akan terbentuk kepribadian seseorang yang diukur dari perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor seperti terdapat dalam teori Bloom. Jadi, masyarakat yang tidak menyadari pentingnya pendidikan formal akan menjadi masyarakat yang minim pengetahuan, kurang keterampilan, dan kurang keahlian. Mereka akan menjadi masyarakat yang tertinggal dan terbelakang. Dalam persaingan, mereka akan kalah bersaing dengan masyarakat lain yang pendidikannya sudah maju, terlebih-lebih bersaing pada era globalisasi dan informasi pada saat ini. Yang akan terjadi di kemudian hari, anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan formal akan menjadi beban bagi masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketentraman masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektualnya, serta tidak memiliki keterampilan yang menopang kehidupan sehari-hari.
Ini menjadi P.R pemerintah yg tidak pernah angges....=>>JALAN RUSAK<<.....bagus pa artikel na....
BalasHapusSalam tuh pemerintah harus perhatikan kondisi jalan terutama ditempat terpencil
BalasHapusberkunjung pa guru tos lami hnte ngalongok.. wah sami wae geuning jalan rareksak sami di rajagaluh oge jalan ancur.. duka tah pamarentah majalengka teu aya pisan solusina.
BalasHapusmenurut saya....solusinya......perbaiki jalan+nyetop truk yg suka bwa batu dari c'legok....
BalasHapusmantab dan bagus banget nich blognya, kunjungan balik ya bro di download ebook gratis
BalasHapussaya baru tahu kalo kualitas jalan ternyata berpengaruh terhadap PSB SMPN2 bantarujeg, tapi perlu juga dianalisa secara mendalam apakah ada faktor lain yang lebih krusial dibandingkan dengan kondisi jalan? misal faktor ekonomi, faktor good will,dll ??
BalasHapussalam,
Bolehngeblog
@seto bagus:betul sekali gus, makasih ya..
BalasHapus@mawardi:setuju pak, terima kasih atas kunjungannya
@MJALENGKA.BIZ:hatur nuhun tos dilongok, hehe.. leres pisan jigana "Bapa" urang teh tos hilapeun kana janji waktu kampanye.
@aris:salam kenal kembali
@Download Ebook Gratis:terima kasih atas kunjungannya.. saya sudah berkunjung balik kesana, blognya lebih hebat sukses ya.
@Dangsulaeman:memang benar pak banyak faktor yang mempengaruhinya, tapi setelah kami terjun langsung ke lapangan untuk sosialsasi PSB ke SD dan ke rumah orang tua siswa, ternyata faktor jalan yang rusak parahlah yang menjadi kendala utama dan mereka lebih memilih SMP yg mudah sarana tranfortasi dan akses jalannya bagus.
Terma kasih atas komentarnya. Salam
Waww, Sangat menyakit kan juga ya.?
BalasHapusHmmmzz